Ayo Buat Film Dokumentermu

Membuat Film Dokumenter itu Menyenangkan

Nonton film merupakan salah satu jeda sejenak menjauh dari rutinitas harian. Jika kamu gemar feature film, cobalah sesekali nonton film dokumenter. Gak kalah seru lho. Apa sih film dokumenter itu?

Dilihat dari isinya, secara garis besar film dibedakan menjadi dua jenis; film cerita (feature film) dan film dokumenter. Keduanya tumbuh berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu. Menghadirkan visi unik tentang dunia sekitar kita, budaya, kehidupan, dan cinta. Masing-masing memiliki perbedaan dalam gaya, konten dan penonton yang berbeda, bahkan kadang ada saat dimana garis di antara keduanya sering kabur.

 

Yuk, kita telisik apa perbedaan film cerita dan film dokumenter

 

1. Fiksi vs. Fakta

Film cerita/feature film kebanyakan berupa fiksi, bahkan terkadang total fantasi. Beberapa mungkin didasarkan pada kejadian nyata, namun sutradara dan penulis skenario secara kreatif membesutnya sampai menjadi tontonan yang menarik. Genrenya bisa beragam; komedi, musikal, action,  western, romance, kriminal, horor atau fiksi ilmiah.

Dokumenter adalah film non-fiksi. Sutradara dan penulis akan lebih fokus menyusun struktur film, daripada menciptakan karakter atau mengambil kebebasan dengan fakta-fakta cerita. Dokumenter dapat mengambil isu sosial, politik dan ekonomi, atau memberi profil seseorang, tempat atau benda.

 

2. Format

Film cerita terikat dengan plot, cerita yang disajikan di luar peristiwa nyata karena cerita berasal dari imajinasi penulis naskahnya. Film jenis ini juga memiliki konsen pengadeganan yang sudah dirancang sejak awal. Struktur cerita terkait sebab dan akibat, dan terdapat karakter protagonis dan antagonis, ada masalah atau konflik, serta terdapat ending cerita. Penonton dibawa ke dalam adegan per adegan, sejak awal, tengah, klimaks dramatis dan akhir.

Film dokumenter, ciri utamanya adalah menyajikan sebuah fakta, yang berhubungan dengan orang-orang, tokoh dan peristiwa serta lokasi yang nyata. Film jenis ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Itu sebabnya film ini tidak mempunyai plot, peran protagonis dan antagonis, serta konflik.

Sisi seru dari film dokumenter adalah sang sutradara tidak selalu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Para pembuat dokumenter sering mengatakan bahwa penemuan dan kejutan adalah bagian besar dari pekerjaan mereka. Film dokumenter sering diistilahkan sebagai “fakta yang disusun artistik”.

 

3. Biaya produksi

Film dokumenter biasanya lebih murah dibanding feature film, karena pernak-pernik produksi yang tidak terlampau rumit. Film dokumenter hanya butuh kru kecil, satu set kamera dan talenta (jika ada). Hasilnya ‘polos’ seperti yang terjadi di lapangan.

Feature film jauh lebih mahal, terlebih lagi bila dibintangi oleh aktor dan aktris dengan nama besar, sutradara ternama dan penulis naskah yang hebat. Belum lagi biaya untuk penata musik, lokasi eksotis, dan kostum.

 

Mengintip sejarah singkat film dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926), karya Robert Flaherty (AS). Grierson kemudian mengembangkan tradisi pembuatan film dokumenter di Inggris dan Kanada, dan menyebutnya sebagai karya kreatif atas sebuah peristiwa.

Film jenis ini semakin hari semakin berkembang dan mampu meraih sukses di bioskop-bioskop. Sebut saja film Super Size Me (Morgan Spurlock, 2004), March of the Penguins (Luc Jacquet, 2005) dan An Inconvenient Truth (Davis Guggenheim, 2006).

Kamera video digital dan editing komputer telah memberi sumbangan besar bagi para sineas dokumenter. Film pertama yang dibuat dengan berbagai kemudahan fasilitas ini adalah dokumenter Voices of Iraq karya Martin Kunert dan Eric Manes

 

Tipe film dokumenter

  • Tipe poetic/avant-garde: berisi tentang eksplorasi kreatif sutradara dalam hal sehari-hari tanpa ada tema tertentu, menunjukkan kepada penonton dunia melalui kacamata yang berbeda.
  • Tipe expository: dokumenter tentang suatu hal yang biasanya diisi narasi, bertujuan unuk memberi informasi dan edukasi, contohnya program-program Discovery Channel tentang lingkungan hidup, Animal Planet.
  • Tipe observational: berisi tentang kehidupan nyata seseorang atau suatu komunitas, dimana subyek dokumentasi menceritakan sendiri pengalamannya melalui voice-over, bahkan terkadang mereka sendiri bertindak sebagai pemegang kamera pribadi. 
  • Tipe participatory: memiliki unsur observational dan expository. Pembuat film terlibat dalam narasi dengan suara yang terdengar di belakang kamera, mendorong subjek dengan pertanyaan atau isyarat.
  • Tipe interaktive-refleksive: penulis atau sutradara menjadi karakter utama dan sering ditunjukkan berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempengaruhi reaksi penonton.
  • Tipe performative: tipe film dokumenter ini memberi ruang yang luas bagi kebebasan berkreasi dalam bentuk abstraksi visual.

 

Kamu bisa !

Nah, setelah mengetahui tentang apa itu film dokumenter, coba ciptakan film dokumenter-mu sendiri. Apa saja yang perlu disiapkan? Pilih cerita yang kamu ingin angkat, lakukan riset, menyusun rencana, buatlah shotlist, shooting, tulis skripnya, editing, cek perihal hukum dan copyright.

Berikut 9 tip bagi pemula:

  1. Pekerjakan orang yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kamu
  2. Bertemu dengan komunitas film, cara terbaik dengan datang ke festival film, terutama festival film dokumenter.
  3. Nikmati prosesnya, walaupun kamu akan menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan.
  4. Terbuka untuk terima masukan
  5. Temukan mentor yang tepat
  6. Hilangkan keragu-raguan, dan jangan biarkan orang lain meragukan kamu
  7. Jangan tunggu sampai kamu merasa punya tabungan yang cukup. Itu tidak akan terjadi
  8. Ada yang ingin mendanai kamu? Eits hati-hati, jangan-jangan kamu kehilangan otonomi
  9. Stop membuat alasan. Ayo lakukan saja!

Ketika sedang asyik berkarya, jangan lupa menjaga kesehatan matamu, karena kejelian mata sangat penting dalam proses produksi ini. Terlalu fokus pada suatu objek dapat membuat mata lelah dan penguapan air mata akan lebih cepat sehingga menyebabkan gejala mata kering. Jangan lupa untuk sedia Insto Dry Eyes untuk memberikan efek pelumas seperti air mata dan mengatasi gejala mata kering agar proses berkaryamu tidak terganggu. Bayangkan hasil karyamu dinikmati banyak orang. Hm.

 

Referensi: